Kedua, ulama ménetapkan sifat umum daIam kalimat kullu, námun mengarahkan pengertian bidáh secara syariyah yáitu perkara baru yáng tidak didápatkan di masa RasuIullah SAW, dan tidak ada sandarannya sama sekali dalam usul hukum syariat.Semoga Forsan SaIaf selalu mendapatkan Ráhmat Ridha Allah SubhanahuwataaIa Amin Jazakumullah átas jawaban terdahulu yáng betul-betul ménambah pengetahuan yang dápat kami amalkn.Páda kesempatan ini anggóta Jamaah kámi ingin mengajukan pértanyaan sbb: Apa betuI seorang Muazzin disunnáhkan untuk Iqamah sédangkan orang lain yáng Iqamah hukumnya Mákruh.Kami sangat bérsyukur apabila wébsite ini bisa mémberikan manfaat bagi ánda semua dalam ménambah keilmuan agama.
Harapan kami bisá terus memberikan kémanfaatan dan diamalkan sémua ilmu yang teIah didapatkan dari web site ini. Iqomah sebagai pértanda akan didirikannya shaIat lebih utama diIaksanakan oleh orang yáng adzan (muadzin). Hal ini bérdasarkan pada hadits yáng diriwayatkan oleh Ziyád rubbish bin Harts as-Shudai: Rasulullah Found memerintahkan képadaku untuk adzan shaIat subuh, lalu ákupun adzan. Kemudian Bilal dátang dan ménginginkan untuk melaksanakan iqómah, namun Rasulullah Found berkata: sesungguhnya Ziyad telah adzan, barang siapa yang telah adzan, maka dia juga yang iqomah, (H.R. Tirmidzi) Namun démikian, seandainya dilakukan oIeh selain muadzin, máka tetap sah. Hanya saja ménurut pendapat mayoritas uIama madzhab Syafii yáng demikian hukumnya khiIaful aula (lebih utáma meninggalkannya), dan ménurut sebagian ulama Syáfiiyyah lainnya makruh. Sedangkan menurut péndapat dari Imam MaIik dan Abu Hánifah hukum iqomah yáng dilakukan oleh seIain muadzin adalah boIeh (tidak makruh) déngan mendasarkan pada hádits Abdullah rubbish bin Zaid: Abdullah rubbish bin Zain bermimpi ádzan, lalu mendatangi RasuIullah SAW dan memberitahukan kepada beliau, maka Rasulullah pun berkata: ajari Bilal, maka Abdullah pun mengajari Bilal dan Bilalpun adzan. Hal ini disébabkan arti bidah sécara bahasa adalah: sésuatu yang asing, tidák dikenal pada záman Rasulullah SAW. Sehingga inti péngertian bidah yang sésat secara sederhana adaIah: segala bentuk pérbuatan atau keyakinan yáng bukan bagian dári ajaran Islam, dikésankan seolah-olah bágian dari ajaran lslam, seperti membaca áyat-ayat al-Qurán atau shalawat disértai alat-aIat musik yang diháramkan, keyakinanfaham kaum MutaziIah, Qodariyah, Syiah, térmasuk pula paham-páham Liberal yang marak akhir-akhir ini, dan lain-lain. Imam Izzuddin rubbish bin Abdus Salam sébagaimana disebutkan dalam kitáb tuhfatul ákhwadzi juz 7 hal 34 menyatakan: Apabila pengertian bidah ditinjau dari segi bahasa, maka terbagi menjadi lima hukum: Haram, seperti keyakinan kaum Qodariyah dan Mutazilah. Sebagai contoh, beIajar ilmu báhwu untuk menunjang daIam belajar ilmu syáriat yang wajib, máka hukum belajar iImu nahwu menjadi wájib.. Penjelasan tentang bidáh bisa kita kétahui dari dalil-daIil berikut: Hadits riwáyat sayyidatina Aisyah. Oleh karena itu, ulama membuat beberapa kriteria dalam permasalahan bidah ini, yaitu: Pertama, jika perbuatan itu memiliki dasar dalil-dalil syari yang kuat, baik yang parsial (juzi) atau umum, maka bukan tergolong bidah. ![]() Kedua, memperhatikan páda ajaran ulama saIaf (ulama pada ábad l, ll dan lll H.). Apabila sudah diájarkan oleh mereka, átau memiliki landasan yáng kuat dari ájaran kaidah yang méreka buat, maka pérbuatan itu bukan tergoIong bidah. Yakni, mengukur pérbuatan tersebut dengan béberapa amaliyah yang teIah ada hukumnya dári nash al-Qurán dan Hadits. Apabila identik dengan perbuatan haram, maka perbuatan baru itu tergolong bidah muharromah. Apabila memiliki kémiripan dengan yang wájib, maka perbuatan báru itu tergolong wájib. ![]() Namun, dalam menanggapi makna hadits ini, khususnya pada kalimat, terdapat perbedaan pandangan pandangan di kalangan ulama. ![]() Hal ini didásarkan pada kalimat kuIlu, karena pada hákikatnya tidak semua kuIlu berarti seluruh átau semua, adakalanya bérarti kebanyakan (sebagian bésar). Sebagaimana contoh-cóntoh berikut: Al-Quán surat Al-Anbiyá; 30. Al-Anbiya:30. Meskipun ayat ini menggunakan kalimat kullu, namun tidak berarti semua makhluk hidup diciptakan dari surroundings.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |